Kamis, 14 Februari 2013

Puisi-Puisi pada Zaman Nabi Muhammad saw.


Meski kita mengetahui bahwa banyak puisi yang berkembang pada angkatan ’45, sesungguhnya jauh sebelum masa itu, masyarakat di dunia telah mengenal puisi atau syair. Sebut saja salah satunya adalah di Arab. Sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw., Arab telah menjadi sarang penulis puisi yang andal dan indah.


Beberapa orang mengatakan bahwa penulis puisi pada zaman itu adalah orang-orang yang sangat berpendidikan dan memiliki kedudukan yang tinggi sebab tidak semua orang dapat menciptakan sebuah untaian bahasa yang begitu indah dan membuat banyak orang luluh karenanya. Bahkan, mungkin tanpa keberadaan mereka, puisi seperti saat ini tidak akan muncul dan bertebaran di sekitar kita.

Bukan hanya sebagai karya seni, puisi pada zaman sebelum Nabi Muhammad saw. atau pada masa kejayaan Nabi Muhammad saw. dapat digunakan sebagai jejak sejarah bagi orang-orang yang senang meneliti peradaban zaman dahulu. Bahkan, puisi-puisi pada saat itu sama halnya seperti berita pada masa kini. Puisi dijadikan sebagai media untuk mengungkapkan pendapat individu maupun orang banyak. 


Banyak peneliti sejarah yang juga mengambil puisi-puisi zaman dahulu sebagai rujukan mereka untuk mengetahui bentuk kehidupan di masa lampau. Kehidupan politik, percintaan, bahkan bentuk kehidupan sosial pun banyak yang terekam di dalam puisi pada masa lampau.


Setelah Nabi Muhammad saw. turun ke muka bumi sebagai pembawa berita dari Allah kepada manusia, para penulis puisi mencoba mengklarifikasi kebenaran beliau.  Caranya adalah dengan membandingkan bahasa yang diturunkan oleh Allah dengan bahasa mereka.


Beberapa dari mereka tetap pada keyakinan mereka, tapi banyak pula dari mereka yang merasakan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah nabi akhir zaman yang akan menyelamatkan manusia dari kebodohan karena beberapa dari mereka merasakan bahwa bahasa yang dibawa alquran terlalu indah dan mereka takkan pernah dapat menyamai bahasa tersebut. Bahasa yang dituturkan di dalam Al-Qur’an terlalu tinggi dan membutuhkan penafsiran yang sangat teliti.


Itulah mengapa setelah alquran turun, para penulis puisi banyak pula yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.Namun, setelah kehadiran Rasulullah saw. ke muka bumi, beliau tidak ingin jika umat-Nya hanya selalu berpuisi tanpa mengindahkan kegiatan positif yang lain.


  • Berikut ini adalah hadis Nabi saw. mengenai puisi, “Perut seseorang itu lebih baik penuh dengan cairan nanah yang dapat merusakkan tubuh daripada penuh dengan syair (puisi).” (H.R. Muslim). Hal ini menunjukkan bahwa beliau tidak menyukai umat-Nya selalu bergelimang dalam puisi tanpa melakukan kegiatan lain yang lebih baik.


Kalimat “penuh dengan syair” menunjukkan bahwa maksud Nabi Muhammad saw. adalah orang-orang yang hanya mengisi waktunya dengan puisi-puisi karena pada zaman itu puisi memang menjadi hal yang sangat digemari oleh masyarakat, seperti kita menggemari internet pada saat ini. Jadi, silakan asah kemampuan Anda untuk menulis puisi tanpa melupakan ibadah-ibadah yang telah diperintahkan agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar